Sabtu, 02 Oktober 2010

Rawa Singkil Tempat Perlindungan Burung Langka

SINGKIL – Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, salahsatu tempat perlindungan terakhir untuk beberapa jenis burung langka, seperti Bangau Strom. Spesies burung yang terancam punah ini dilaporkan masih ditemukan di kawasan tersebut. Namun kerusakan hutan sekitar kawasan baik karena faktor alam maupun ulah manusia, penebangan, pembangunan, dan konversi hutan ke perkebunan kelapa sawit menjadikan bangau semakin terancam keberadaannya, kata Agus Nurza, Co Bird Education dan Awareness (BEA), pada Serambi, Kamis (7/1). Saat memberikan pelatihan pengamatan burung liar terhadap siswa SMA Negeri I Singkil, Aceh Singkil, Agus menyatakan, Bangau Storm ditemukan di hutan yang tidak terganggu dan habitat air tawar di Sumatera, Kepulauan Mentawai, Kalimantan, Brunei, dan Semenanjung Malaysia. “Berdasarkan survei saat ini di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil masih dapat dijumpai Bangau Storm. Salah satu kubu berada di tenggara Sumatera, dengan sisa populasi terbatas. Sedangkan di Semenanjung Malaysia hanya satu populasi yang sangat kecil dan berpencar,” ujarnya.

Agus mengatakan, populasi dunia dari Bangau Storm diperkirakan kurang dari 500 individu. Karena terus-menerus kehilangan habitat, ukuran populasi yang sangat kecil, terbatas dan diburu di beberapa daerah, Storm’s Stork diklasifikasikan sebagai endangered (terancam punah) pada IUCN Red List of Threatened Species. Selain itu kerusakan hutan dataran rendah melalui penebangan, pembangunan bendungan dan konversi ke perkebunan kelapa sawit menjadikan Bangau Storm semakin terancam keberadaannya.. Dikatakan, untuk mengantisipasi kepunahan Bangau Strom serta jenis burung langka lainya, sosialisasi dan pelatihan terhadap remaja sekitar kawasan, menurut Agus, menjadi salahsatu alternatif yang dilakukan pihaknya. Dalam materi pelatihan terhadap siswa SMA Negeri I Singkil, misalnya, peserta melakukan praktek lapangan secara khusus dengan meberikan kebebasan mengeksplorasi kawasan untuk mengamati jenis-jenis burung secara rinci yang tampak melalui gambaran topography burung dengan menggunakan teropong binokular dan monokular.

Dari kegiatan tersebut, Agus berharap dapat membangkitkan minat dan membangun kesadaran kritis siswa akan pentingnya upaya pelestarian burung liar dan habitatnya di Aceh. Selain itu diharapkan akan timbul motivasi baru untuk melakukan kegiatan positif seperti kegiatan memantau keberadaan burung dan membangun database burung, sehingga nantinya dapat menggambarkan fluktuasi keberadaan jenis-jenis burung di dalam suatu kawasan. “Jika siswa mampu berperan aktif dalam kegiatan birdwatching, data yang diperoleh kemudian akan dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah daerah untuk tata ruang dan pengambilan keputusan yang dapat mengakibatkan efek bagi lingkungan,” ujar Agus.(c39)

[www.serambinews.com Sat, Jan 9th 2010, 10:03]


0 komentar:

© Yama 2010