Sabtu, 02 Oktober 2010

Ketua YLI: Rawa Singkil Harus Diselamatkan

Ketua Yayasan Leuser Internasional (YLI), Yuswar Yunus mengharapkan pemerintah Aceh dan semua elemen masyarakat ikut menjaga kelestarian kawasan hutan rawa Singkil dari ancaman perusakan para konglomerat yang bergerak dibidang usaha perkebunan kelapa sawit.

"Seperti di kawasan lain dalam wilayah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), hutan rawa Singkil kini juga mulai terancam perusakan yang ingin dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit," katanya di Banda Aceh, Jumat, menanggapi adanya pengusaha telah menjadikan kawasan hutan rawa Singkil sebagai konsesi perkebunan.

Kawasan hutan rawa Singkil yang disebut sebagai "ginjal Leuser" itu memiliki luas 100.000 hektar berada dalam wilayah Aceh Singkil (Kuala Baru) dan Trumon (Aceh Selatan) merupakan salah satu kawasan hutan cukup unik dan didiami berbagai jenis burung langka dalam jumlah besar serta buaya yang panjangnya bisa mencapai lima meter.

Menurut Yuswar, diantara burung langka tersebut bangau stormi (Ciconia stormi), Meutok rimba (Carina scetulata), elang (Chthyophaga ichtyaeties) dan maskid finfoot (Heliopais personata).

Yang lebih menakjubkan sekitar 46 persen dari seluruh spesies burung di sumatera ditemukan dikawasan hutan rawa Singkil.

Bukan itu saja, kawasan tersebut juga dikenal para peneliti sebagai daerah populasi orang utan terpadat di dunia , yang cerdik menggunakan alat untuk mengumpulkan rayap dari pohon serta pandai membelah durian.

Tumbuhan lain yang ditemukan dikawasan rawa Singkil, kata Yuswar Yunus, antara lain pohon palem raksasa mengkonversi karbon bioksida menjadi oksigen untuk pernapasan, disamping hutan bakau yang banyak tumbuh secara alamiah dengan kondisi air berwarna hitam menyaring air laut menjadi air tawar yang murni dan dapat diminum.

"Yang jelas kawasan hutan rawa Singkil penuh misteri dan patut kita selamatkan dari ancaman penebangan kayu secara liar," katanya.

Menurut Yuswar, manusia jarang sekali memasuki kawasan hutan rawa Singkil karena didalamnya dihuni buaya dan ular korba sumatera serta jenis ular berbisa lainnya, seperti jenis Pope's bamboo viper (trimersure popuoruan) dengan tingkat populasinya hingga kini relatif cukup banyak.

Raja pemangsa dikawasan hutan rawa Singkil ini adalah ular sawah (sanca) yang panjangnya mencapai delapan meter. Yang jelas kawasan hutan rawa Singkil kurang bersahabat dengan manusia, tapi bukan seluruh kawasan hutan ini harus ditakuti.

"Jika dibandingkan dengan kawasan lain yang sama luasnya, hutan rawa Singkil dihuni orang utan cukup banyak, sehingga kelestarian daerah tersebut harus dipertahankan karena masyarakat lokal juga dapat meraih penghasilan dari menangkap berbagai jenis ikan yang mudah didapat dalam kawasan rawa Singkil ini," demikian Yuswar Yunus. [Harian Waspada Sabtu, 26 Juli, 2008/Published: 25 Juli, 2008]

0 komentar:

© Yama 2010